Jumat, 16 Desember 2011

interaksi dengan dunia internasional

INTERAKSI DENGAN DUNIA INTERNASIONAL

 

 

A. PENTINGNYA KERJASAMA INTERNASIONAL


Cakupan kerja sama ekonomi internasional luas sekali. Ada yang langsung memberikan manfaat dan ada yang baru memberi manfaat dalam jangka panjang. Kerja sama ekonomi yang dapat langsung memberikan manfaat terutama adalah per­dagangan internasional. Sebab negara yang melakukannya akan segera mengalami peningkatan penggunaan barang-jasa maupun faktor produksi. Misalnya dengan mengimpor mobil dari Korea Selatan, masyarakat Indonesia dapal menikmati mobil dengan jumlah yang lebih banyak dan mungkin juga harga yang lebih murah.
Sementara itu kerja sama yang memberikan manfaat dalam jangka panjang misalnya adalah penanaman modal langsung. Pengusaha Amerika Serikat yang menanamkan modalnya dalam bidang industri di Indonesia, membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum dapat berproduksi.

 

B. Teori perdagangan INTERNASIONAL


a. Merkantilisme

Merkantilisme adalah ajaran atau paradigma yang berkeyakinan bahwa perekonomian suatu negara makin makmur bila mampu memaksimalkan sur­plus perdagangan. Konsekuensinya adalah memaksimalkan ekspor sekaligus meminimumkan impor. Dengan demikian surplus perdagangan akan maksimal.


b. Keunggulan Absolut (Absolut Advantages)
Teori keunggulan absolut (absolut advantages) dibangun oleh Adam Smith sebagai perbaikan atas Merkantilisme. Menurut Smith, surplus perdagangan yang dipaksakan lewat mekanisme proteksi dan pemberian monopoli akan mengorbankan efisiensi dan produktivitas. Sebab lewat perlindungan dan hak monopoli, pengusaha tidak ter­dorong untuk melakukan efisiensi dan inovasi. Akibatnya, produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya menjadi lebih sedikit, tetapi juga harga jualnya makin mahal, kualitasnya pun belum tentu baik. Dengan kata lain, harga yang harus dibayar dari kebijakan perlindungan seperti yang diusulkan Merkantilisme adalah kesejahteraan rakyat.
Sebaliknya, Smith amat yakin bahwa perdagangan akan meningkatkan kemak­muran bila dilaksanakan melalui mekanisme perdagangan bebas. Melalui mekanisme perdagangan bebas, para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya peningkatan efisiensi. Menurut Smith, sebaiknya spesialisasi dilakukan berdasarkan pertimbangan keunggulan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat dari ke­mampuan produksi dengan biaya lebih rendah.
Untuk memahami konsep Smith, kita membangun dunia khayal yang terdiri atas dua negara, yaitu Indonesia dan Jepang. Komoditas yang diproduksi juga hanya dua yaitu sepeda motor dan beras. Biaya produksi semata-mata adalah biaya te­naga kerja, di mana jumlah dan kualitas serta upah tenaga kerja di kedua negara ter­sebut adalah sama. Tidak ada biaya transaksi dan biaya transportasi. Data hipotetis tentang tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap unit komoditas di masing-masing negara tertera dalam Tabel 5.2 di bawah ini.





              Blaya Produksl per Unit Sepeda Motor dan Beras
Diukur Dengan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan untuk
Memproduksi 1 Unit Output di Indonesia dan Jepang

Negara
Motor (M)
Beras (8)
Rasio Tukar
Domestlk

Indonesia
60
15
1M: 4B

Jepang
1 2
24
1 M : 1 / 2 8

Dari Tabel di atas terlihat bahwa bagi Indonesia biaya produksi per unit sepeda motor adalah empat kali lebih mahal daripada biaya produksi per unit beras (1 unit = I ton). Sebab untuk memproduksi satu unit sepeda motor dibutuhkan 40 tenaga kerja, sedangkan satu unit beras dibutuhkan 10 tenaga kerja, sehingga rasio tukar domestiknya adalah 1 : 4. Artinya, setiap unit motor nilainya sama dengan 4 unit beras. Bagi Jepang, biaya produksi per unit motor hanya separo biaya produksi per unit beras. Sebab biaya produksi per unit beras adalah 24, sedangkan per unit motor hanya 12. Dengan demi­kian rasio tukar domestik adalah 1 : 1/2; Setiap unit motor setara dengan setengah unit beras.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa secara absolut Jepang lebih efisien dalam memproduksi motor, sedangkan Indonesia lebih efisien dalam memproduksi beras. Hal ini lebih jelas bila kita melihat kurva kemungkinan produksi (production possibilities curve, disingkat PPC) kedua negara tersebut. Bila jumlah tenaga kerja di masing-masing negara adalah 1000 orang, maka kombinasi output yang dihasilkan dan PPC adalah sebagai berikut.





Potensi Produksi Sepeda Motor dan Beras di Indonesia dan Jepang
Tanpa Spesialisasi (Unit)


Negara
Motor (M)
Beras (8)
Rasio Tukar
Domestlk

Indonesia
20
80
1M: 4B

Jepang
100
50
1 M : 1 / 2 8
Dari diagram terlihat, karena biaya produksi motor di Jepang Iebih murah daripada biaya produksi motor di Indonesia, maka jika seluruh tenaga kerja dialokasikan untuk memproduksi motor, Jepang mampu memproduksi motor Iebih banyak daripada Indonesia. Sebaliknya, Indonesia mampu memproduksi Iebih banyak beras. Karena itu sebaiknya Jepang menspesialisasikan diri pada produksi motor, sedangkan Indonesia pada beras.

1) Manfaat Spesialisasi

Yang dimaksud dengan manfaat perdagangan internasional adalah meningkatnya kemampuan potensial konsumsi domestik akibat perdagangan dengan negara lain. Untuk membuktikannya, marl kita perhatikan lanjutan tabel selanjutnya.
Seandainya pada awalnya baik Indonesia maupun Jepang mengalokasikan masing-masing separo tenaga kerjanya untuk memproduksi motor. dan beras, maka hasilnya adalah: Kombinasi konsumsi domestik Indonesia: 10 unit motor dan 40 unit beras. Kombinasi konsumsi domestik Jepang adalah 50 unit motor dan 25 unit beras. Total konsumsi dunia adalah 60 unit motor dan 65 unit beras.
Bila masing-masing negara melakukan spesialisasi, di mana Indonesia hanya memproduksi beras, sedangkan Jepang hanya memproduksi motor, maka kemung­kinan konsumsi rakyat di kedua negara akan makin besar. Sebab dengan spesialisasi, produksi motor menjadi 100 unit atau meningkat sebesar 40 unit, sementara produksi beras menjadi 80 unit atau meningkat 15 unit.
Potensi Produksi Sepeda Motor dan Beras di Indonesia dan Jepang
Tanpa Spesialisasi (Unit)


Negara
Sebelum Spesialisasi
Sesudah Spesialisasi

Motor
Beras
Motor
Beras


Indonesia
10
40
0
80


Jepang
50
25
100
0


Total Dunia
60
65
100
80




2) Manfaat Perdagangan Luar Negeri
Potensi peningkatan konsumsi karena spesialisasi baru terwujud bila Indonesia dan Jepang mau melakukan perdagangan, di mana Indonesia menjual beras ke Jepang untuk memperoleh motor, sebaliknya Jepang menjual motor ke Indonesia untuk memperoleh beras. Terjadi atau tidaknya perdagangan antara Indonesia dan Jepang sangat ditentukan oleh nilai tukar internasional, Selama harga jual internasional komoditas unggulan masing-masing negara adalah lebih mahal daripada harga domestik, maka masing-masing negara akan melakukan perdagangan, sebab hasilnya lebih menguntungkan.
Bagi Indonesia yang mempunyai keunggulan absolut terhadap beras, bila harga jual motor Jepang lebih kecil dari 4 unit beras, maka Indonesia akan impor motor dari Jepang, sebab harga motor Jepang lebih murah dibandingkan harga motor domestik. Dilihat dari sisi Jepang, jika harga beras Indonesia kurang dari 2 unut motor atau harga motor Jepang lebih besar diandingkan ½ unit beras, maka Jepang akan impor beras dari Indonesia. Transaksi motor berkisar antar > ½ sampai < 4 unit beras. Jika nilai tukar internasional motor beras adalah 1:1, maka trnsakasi perdagangan akan dilakukan karena rasio tukar dalam interval > ½ sampai < 4. Tabel di bawah menunjukkan jika Indonesia mempertahankan konsumsi awalnya yakni 40 unit beras, maka 40 untui beras sisanya diekspor ke Jepang, maka dengan rasio tukar 1 : 1, Indonesia akan mendapatkan 40 unit motor seperti yang terlihat dalam table berikut
Manfaat Perdagangan Internasional
(Unit)

Negara
Sebelum Spesialisasi
Sesudah Spesialisasi

Motor
Beras
Motor
Beras


Indonesia
10
40
40
40


Jepang
50
25
60
40


Total Dunia
60
65
100
80




c. Keunggulan Komparatif (ComparativeAdvantages)

Yang menjadi pertanyaan, apakah yang harus dilakukan bila sebuah negara memiliki keunggulan absolut atas semua komoditas yang diperdagangkan. Pertanyaan ini sangat relevan dengan dunia nyata. Misalnya, secara teknis Amerika Serikat (USA) memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi mobil dan tekstil dibanding Indone­sia. Tetapi mengapa USA mengimpor tekstil dari Indonesia. Bukankah lebih baik bila USA mengekspor mobil dan tekstil ke Indonesia?

Tabel berikut ini menunjukkan bahwa USA memiliki keunggulan absolut dalam produksi mobil maupun tekstil. Untuk memproduksi satu unit mobil, USA hanya membutuhkan 25 tenaga kerja, sedangkan Indonesia 100 tenaga kerja. Untuk memproduksi satu unit tekstil, USA hanya membutuhkan 10 tenaga kerja, Indonesia 20 tenaga kerja.


Biaya Produksi Per Unit Mobil dan Tekstil,
Dlukur Dengan Jumlah Tenaga Kerja Yang Digunakan
Untuk Memproduksi 1 Unit Output dl Indonesia dan USA

Negara                1

Mobil (M)
Tekstil (T)
Rasio Tukar
Domestik


Indonesia
100
20
1M:5T


USA
25
10
1M : 2,5T




Bila baik Indonesia maupun USA masing-masing memiliki 1.200 tenaga kerja, maka kombinasi output yang dihasilkan masing-masing negara adalah sebagai berikut:






Potensi Produksi Mobil dan Tekstil di Indonesia dan USA
Tanpa Spesialisasi
(Unit)

Negara
Mobil (M)
Tekstil (T)
Rasia Tukar
Domestik


Indonesia
12
60
1M:5T


USA
48
120
1M : 2,5T




Teori keunggulan absolut tidak dapat menjawab apakah sebaiknya USA dan Indo­nesia melakukan perdagangan. Tetapi menurut David Ricardo, Indonesia dan USA dapat melakukan perdagangan bila masing-masing negara memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage).

1. ManfaatSpesialisasi

Jika baik Indonesia maupun USA pada awalnya mengalokasikan masing-masing separo angkatan kerjanya untuk memproduksi mobil dan tekstil, maka kombinasi konsumsi masing-masing negara adalah seperti tertera dalam table dberikut







Tabel 5.8
Potensl Produksi Mobil dan Tekstil di Indonesia dan USA
Dengan Spesialisasi
(Unit)

Negara
Sebelum   pesllaliau$

Sesudah Spesialiasi

Mobil
Tekstil
Mobil
Tekstil


Indonesia
6
30
0
60


USA
24
60
48
0


Total Dunia
30
90
48
60



2. Manfaat Perdagangan Internasional

Sama halnya dengan keunggulan absolut, maka dalam kasus keunggulan komparatif, perdagangan baru terjadi bila rasio tukar internasional lebih menguntungkan dibanding rasio tukar domestik. Bagi Indonesia, perdagangan baru dilaksanakan bila harga per unit mobil di pasar internasional < 5 unit tekstil. Sebaliknya, USA baru mau menjual mobilnya bila harga per unit mobil > 2,5 unit tekstil.
Misalkan harga mobil di pasar internasional setara 3 unit tekstil, maka baik USA maupun Indonesia akan melakukan perdagangan. Seandainya Indonesia ingin mempertahankan konsumsi tekstil dalam negerinya sebesar 30 unit, karena melakukan spesialisasi tekstil Indonesia dapat mengekspor 30 unit tekstil ke USA.
Dengan harga yang berlaku, Indonesia memperoleh 10 unit mobil. Dengan per­dagangan internasional, ternyata konsumsi rakyat Indonesia makin baik dengan bertambahnya konsumsi mobil sebanyak 4 unit (10 unit - 6 unit).

Manfaat Perdagangan Internasional antara Indonesia dengan USA (unit)


Sebelum
spealisasi
Sesudah
spesialisasi
Negara
Mobil
Tekstil
Mobil
Tekstil
Indonesia
6
30
10
30
USA
24
60
38
30
Total dunia
30
90
48
60

Sebaliknya USA, konsumsi mobilnya meningkat dari 24 unit menjadi 38 unit, sementara konsumsi tekstilnya berkurang dari 60 unit menjadi 30 unit. Tentu timbul pertanyaan apakah dengan perdagangan internasional USA dirugikan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita melihat perubahan PPC sebelum dan sesudah per­dagangan. Ternyata balk USA maupun Indonesia sama-sama bergerak di PPC yang lebih balk daripada PPC sebelum perdagangan. Karena itu, baik Indonesia maupun USA sama-sama menikmati manfaat perdagangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar